Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan beberapa tanggapan terkait penghapusan data angka kematian dari indikator penanganan covid-19.
Menurutnya kematian sangat penting, karena jika sudah meninggal tentu tidak bisa kembali lagi.
“Untuk berbagai penyakit di dunia, maka data kematian merupakan indikator epidemiologik utama,” kata mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu kepada INILAHCOM, Jakarta, Kamis, (12/08/2021).
Masih menurut Yoga, angka kematian Indonesia terhadap kasus covid-19 adalah tinggi.
Dia pun memberikan contoh di India saat menghadapi lonjakan kasus covid-19.
“Pada waktu India sedang tinggi-tingginya kasus, jumlah kematian paling tinggi sekitar 5 ribu sehari. Penduduk India 4 kali Indonesia, jadi kalau jumlah kematian kemarin (10 Agustus) adalah 2 ribu orang maka kalau dikali 4 angkanya menjadi 8 ribu,” paparnya.
Tjandra Yoga menambahkan, pada waktu awal PPKM Darurat tanggal 3 Juli lalu, jumlah yang meninggal sehari adalah 491 orang.
“Jadi angka 10 Agustus adalah 4 kali angka hari pertama awal PPKM darurat,” Katanya.
Indikator angka kematian per 100 ribu penduduk per minggu merupakan salah satu variabel dalam penentuan level 4, 3 dan seterusnya yang sekarang dipakai. Hal tersebut sesuai SK Menteri Kesehatan.
“Jadi, indikator angka kematian memang diperlukan dalam penilaian situasi epidemiologi. Kalau data yang tersedia dianggap tidak baik maka datanya yang harus diperbaiki,” tegasnya.
Tinggalkan Komentar