INILAH.COM, Jakarta - Film 'Di Bawah Lindungan Ka'bah' ditenggarai menjadi film Indonesia termahal dengan biaya Rp25 miliar. Film garapan Hanny R Saputra ini bertekad mengalahkan sukses 'Ayat-Ayat Cinta'. Mampukah?
Untuk persiapannya saja, film ini membutuhkan waktu hingga tiga tahun. Tak tanggung-tanggung, Manoj Punjabi dari MD Entertainment sebagai produser rela menggelontorkan uang sebanyak Rp25 miliar. Dibintangi Herjunot Ali dan Laudya Cynthia Bella, Manoj yakin film ini bakal mengeruk banyak keuntungan.
Film 'Di Bawah Lindungan Ka'bah' merupakan adaptasi dari novel terkenal berjudul sama karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka. Film ini berlatar belakang tahun 1920an dan berlokasi di Pandang, Sumatera Barat.
Adalah Hamid (Herjunot Ali) seorang pemuda pandai dan saleh, yang mencintai anak dari majikan ibunya (Jenny Rachman) sendiri, Zainab (Laudya Cynthia Bella). Hamid sudah dianggap seperti anak sendiri oleh orangtua Zainab (Didi Petet dan Widiawati Sophiaan). Bahkan orangtua Zainab sampai menyekolahkan Hamid.
Namun cinta yang tumbuh di antara Hamdi dan Zainab sejak kecil terus tumbuh. Meski ibu Hamid sendiri telah menasehati bahwa hampir mustahil bisa menikahi Zainab yang berbeda tingkat sosial, cinta keduanya terus tumbuh secara alami.
Cobaan demi cobaan mendera keduanya. Dari Hamid yang diusir dari kampung karena dituduh secara tidak sopan menyentuh Zainab. Sampai Zainab yang akan dijodohkan orangtuanya kepada anak saudagar kaya.
Sampai akhirnya Hamid dan Zainab merasa harapannya untuk bisa saling memiliki, pupus. Namun Hamid dan Zainab tetap setia dengan janji dan keimanannya.
Hamid yang terusir dari kampungnya akhirnya berkelana hingga sampai ke Mekkah dan menunaikan ibadah haji seperti yang diimpikannya. Sedangkan Zainab tetap menjaga dengan setia janjinya, untuk menikah hanya dengan orang yang ia cintai.
Film yang naskahnya ditulis Titin Watimena ini memang mampu menguras air mata. Masalah demi masalah yang menimpa Hamid menjadi bumbu tersendiri dalam film yang berdurasi hampir 120 menit ini.
Namun sayang, Hanny R Saputra, sutradara yang selama ini dikenal sebagai sutradara spesialis film romantis tidak mampu menyajikan ikatan-ikatan kimia antara Hamid dan Zainab. Hanny mencoba membangun romantisme itu dalam adegan bermain hujan di tengah pasar dan mendengarkan suara dan gerakan tubuh yang dihalangi papan. Namun usaha itu tak berhasil digarap Hanny. Adegan tersebut malah terasa dipaksakan dan malah terkesan garing.
Chemistry antara Hamid dan Zainab juga boleh dibilang gagal. Malah, hubungan antara Hamid dengan ibunya, merupakan adegan terbaik dalam film ini. Kecemerlangan akting Jenny Rachman patut dipuji dalam film ini.
Selebihnya, tak heran bila film ini dikatakan berbiaya Rp25 miliar. Sinematografi dan setting yang indah sempurna membuat nilai lebih film ini.
Namun untuk menyanyingi film Ayat-Ayat Cinta, Manoj Punjabi sebagai produser sepertinya harus menunggu cemas dari hasil penjualan karcis film. Namun dengan promosi yang 'gila' sang produser yakin film ini bakal tiga kali lipat dari penonton film Ayat-Ayat Cinta yang diproduksinya.