Indonesia kini adalah penyumbang kasus tuberkulosis ke dua terbesar di dunia, sesudah India.
“Peringkat berikutnya yang kasus total di negaranya lebih sedikit dari kita adalah China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Afrika Selatan,” kata prof. Tjandra Yoga Aditama Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI, Jakarta, Kamis, (30/09/2021).
Presiden sudah mencanangkan untuk Eliminasi Tuberkulosis di Indonnesia di tahun 2030. Presiden juga bulan Agustus lalu sudah mengeluarkan Peraturan Presiden No.67/2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Karena tuberkulosis tidak mungkin ditangani oleh sektor kesehatan saja, dan PerPres 67/2021 juga amat menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor.
Terlebih di masa pandemi ini. Ketika seseorang terinfeksi covid-19 bisa saja sekaligus terkena tuberkulosis secara bersamaan. Kondisi tersebut, tubuh merasakan serangat begitu hebat karena infeksi dua penyakit membahayakan itu. Hal ini bisa berujung pada timbulnya perfect storm (badai sempurna).
“Kalau infeksi covid-19 ada yang namanya badai sitokin. Kematian covid-19 bisa terjadi ya karena ada badai sitokin, semacam bahan untuk pertahanan tubuh, tapi kalau kebanyakan menimbulkan badai namanya,” tambah Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga.
Masih menurut Tjandra Yoga, jika seseorang terkena TBC dan Covid-19, memiliki kemungkinan punya gangguan imunologi karena badai sitokin dan juga badai dari infeksi TBC.
“Kedua badai ini pun bergabung sebagai perfect storm,” ujarnya.
Tinggalkan Komentar