inilah.comnewsLSI Denny JA: Institusi Polri Terpuruk, Citra Kapolri Tidak

LSI Denny JA: Institusi Polri Terpuruk, Citra Kapolri Tidak

Rabu, 19 Oktober 2022 - 06:12 WIB
Share
LSI Denny JA: Institusi Polri Terpuruk, Citra Kapolri Tidak

Sejumlah perwira tinggi Mabes Polri menunggu kedatangan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2022). Untuk kali pertama Kepala Negara mengumpulkan jajaran Polri. (Foto: Antara)

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei yang menunjukkan institusi Polri dalam posisi terpuruk. Menariknya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo selaku pemegang komando tertinggi Polri dipersepsikan positif oleh 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi. Survei ini diadakan selama 11-20 September 2022 dengan metode kualitatif dengan margin of error 2,9 persen.

"Jarak kepercayaan kepada Kapolri dibandingkan institusi Polri sekitar 6 persen. Ini disebabkan publik melihat kesungguhan Kapolri membersihkan kembali kinerja kepolisian," ujar peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, di Jakarta, Rabu (18/10/2022).

Terpuruknya citra Polri, kata Ardian, disebabkan oleh kasus Ferdy Sambo. Sedikitnya ada lima poin yang membuat kasus tersebut memengaruhi turunnya tingkat kepercayaan publik hingga 13 persen, dari 72,1 persen (sebelum kasus) menjadi 59,1 persen.

Poin pertama, kasus tersebut didengar atau diketahui oleh mayoritas masyarakat Indonesia (di atas 75 persen). Tak banyak dalam sejarah kasus yang didengar lebih dari 75 persen populasi negaranya. Sedangkan masyarakat yang tidak pernah mendengar kasus ini hanya 7,1 persen dan sebanyak 5,4 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.

Kedua, kasus Ferdy Sambo didengar oleh berbagai lapisan masyarakat. Dari tingkat usia, yang berusia di bawah 30 tahun (94,4 persen) menyatakan pernah mendengar kasus ini. Yang berusia 30–39 tahun (88,5 persen) menyatakan pernah mendengar kasus ini. Yang berusia 40– 49 tahun (89,1 persen) menyatakan pernah mendengar kasus ini. "Bahkan, yang berusia di atas 50 tahun (81,6 persen) menyatakan pernah mendengar kasus ini," ujarnya.

Ketiga, kasus Ferdy Sambo bertahan menjadi pembicaraan publik berbulan-bulan. Keempat, kasus Ferdy Sambo seperti drama yang penuh isu panas dan perubahan karakter. Dari kasus polisi tembak polisi, berubah ke isu perselingkuhan. Lalu kasus ini bertambah kaya dengan adanya elemen obstruction of justice untuk menghalangi pengungkapan perkara pembunuhan.

Motif kasus berubah lagi menjadi kasus suami bela istri, penyalahgunaan jabatan, juga tuduhan uang gelap judi daring, hingga uang narkoba. "Kasus Ferdy Sambo cukup dramatis selayaknya sinetron yang populer, tutur Ardian.

Menurut dia, tingkat kepercayaan publik kepada Polri pernah mencapai 87,8 persen pada tahun 2018. Namun, setelah Pilpres 2019 kepercayaan terhadap polisi menurun pada angka 72,1 persen dan kasus Ferdy Sambo membuat kepercayaan pada polisi kembali menurun ke angka 59,1 persen.

Ardian menyebutkan, ketika kepercayaan pada polisi menurun, maka semakin banyak segmen masyarakat yang tak percaya pada polisi sebagai sebuah institusi. Khususnya, masyarakat yang tingkat di perkotaan. "Masyarakat yang tinggal di kota, sebanyak 51,3 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi. Masyarakat yang tinggal di pedesaan, sekitar 32,1 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi," ujarnya.

Faktor lain yang turut menambah kepercayaan publik terhadap Polri menurun yakni peristiwa Kanjuruhan yang kini menelan 133 korban tewas."Polisi disalahkan karena penggunaan gas air mata, yang kedaluwarsa pula," ungkap dia.

Kendati demikian, publik masih menaruh harapan kepada Polri untuk memperbaiki kinerja. Berdasarkan survei, sebanyak 85 persen masyarakat berharap polisi dapat meningkatkan kembali kepercayaan publik.

Topik
Share
Komentar

Tidak ada komentar

BERITA TERKAIT