Rabu, 22 Maret 2023
30 Sya'aban 1444

Nirmala: Lahan Gambut Rawan Kebakaran

Senin, 03 Jun 2019 - 13:54 WIB
Penulis : Iwan Purwantono

INILAHCOM, Jakarta - Aktivis kehutanan, Nirmala Ratimanjari Sari menyebut jika hutan lahan gambut sangat rawan mengalami kebakaran.

Menurutnya, hal ini perlu adanya upaya untuk bisa menghindari lahan gambut itu sendiri dari kebakaran. Terlebih saat memasuki musim kemarau, beberapa daerah seperti di Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah kerap dilanda kebakaran.

"Hutan lahan gambut sangat rentan terjadinya kebakaran. Saya kira ini perlu dipecahkan agar kedepan kerusakan alam yang terjadi secara alami maupun adanya campur tangan manusia tak terulang kembali," kata Nirmala, Jakarta, Senin (3/6/2019).

Ia menjelaskan, beberapa dekade, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah menjadi krisis lingkungan tahunan. Namun, kondisi kering akibat El Nino (fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur. Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan) tahun 2015 menjadikan musim kebakaran di tahun itu sebagai yang terburuk dalam dua puluh tahun terakhir.

Di mana sekitar 2,6 juta hektar lahan terbakar antara bulan Juni dan Oktober, yang merupakan musim kemarau di Indonesia. Kebakaran tersebut banyak membakar lahan gambut kaya karbon, membuat jutaan orang di Asia Tenggara terpapar kabut beracun yang setara dengan tiga kali lipat emisi gas rumah kaca tahunan di Indonesia. Meski saat ini kebakaran hutan terjadi tak sebanyak pada tahun 2015, namun akar masalahnya harus tetap ditangani.

"Sebagian besar kebakaran di Indonesia disebabkan oleh manusia. Hutan negara dan lahan gambut (lanskap yang kaya karbon dan digenangi air menjadi pilihan populer untuk ekspansi pertanian) terlalu lembap untuk menjadi penyebab terjadinya kebakaran secara alami. Oleh karena itu, lahan seperti ini biasanya secara aktif dikeringkan dan dibakar untuk digunakan sebagai lahan pertanian atau untuk mengusir warga ketika terjadi sengketa lahan," jelasnya.

Berdasarkan analisis data riwayat kebakaran di Global Forest Watch Fires memaparkan, kebakaran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut di Indonesia. Mengenali lokasi kebakaran di masa lalu dapat membantu memberi masukan terhadap upaya-upaya penanggulangan kebakaran, seperti komitmen antipembakaran oleh beberapa perusahaan, strategi pemanfaatan dan restorasi lahan milik pemerintah, atau program pencegahan kebakaran di tingkat desa, yang merupakan kawasan yang paling membutuhkan bantuan.

"Data ini menunjukkan konsentrasi peringatan titik api tahunan yang terdeteksi oleh satelit MODIS NASA antara tahun 2001 dan 2015. Konsentrasi tinggi peringatan kebakaran ditunjukkan oleh titik merah, sedangkan konsentrasi tingkat rendah ditunjukkan oleh titik biru," pungkasnya. [tar]