INILAH.COM, Jakarta – Setelah data non-farm payrolls AS dirilis di bawah ekspektasi, harga emas menguat ke area US$1.320 per troy ounce. Tapi, setelah itu emas kehilangan momentum. Seperti apa?
Berdasarkan data yang dilansir Bloomberg.com, harga emas internasional ditransaksikan menguat sebesar US$4,9 (0,37%) ke posisi US$1.315,4 per troy ounce untuk kontrak Desember 2013.
Ariston Tjendra, kepala riset Monex Investindo Futures mengatakan, harga emas beranjak naik. “Kenaikan tersebut setelah data tenaga kerja AS, Non-Farm Payrolls hari Jumat (2/8/2013) kemarin dirilis lebih rendah dari ekspektasi pasar,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (5/8/2013).
Kondisi itu, lanjut Ariston, membuka ekspektasi bahwa pengurangan stimulus belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
Tadi pagi, harga emas sempat menguat ke area US$1.320 per troy ounce dan setelahnya seperti kehilangan momentum penguatan. “Harga emas berpotensi menguji kembali level support US$1.310 per troy ounce,” papar dia.
Menurut dia, bila level support tersebut tembus ke bawah, harga berpotensi mengarah ke area US$1.300 per troy ounce.
Sementara tren kenaikan jangka pendek, kata dia, emas bisa menguat kembali jika harga emas bisa menembus ke atas level resistance di sekitar US$1.322. “Jika tembus, potensi target penguatan berikutnya ke area US$1.330 per troy ounce,” ucapnya.
Hari ini, lanjut dia, data ISM sektor jasa AS bisa menjadi market mover bagi harga emas. Bila data AS ini lebih bagus dari prediksi, harga emas bisa kembali melemah. “Begitu juga sebaliknya,” imbuh Ariston. [jin]